Sayur, Buah, dan Kesehatn

Buah dan sayuran termasuk makanan penting bagi tubuh karena mengandung berbagai vitamin dan mineral serta serat. Kandungan vitamin dan mineral itu berguna untuk memelihara kesehatan tubuh. Namun, hasil studi sejumlah lembaga menunjukkan bagaimana rendahnya konsumsi buah dan sayur di Indonesia.

Berdasarkan Studi Diet Total (SDT) 2014, tingkat konsumsi sayur dan buah-buahan masih rendah, yakni 57,1 gram per orang per hari. Sementara hasil Riset Dasar Kesehatan 2007, prevalensi nasional kurang makan buah dan sayur pada penduduk berusia di atas di atas 10 tahun adalah 93,6 persen. Artinya, hanya 6,4 persen penduduk Indonesia cukup mengonsumsi sayur dan buah.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia 2,5 porsi per hari atau 34,55 kilogram per kapita per tahun. Padahal, standar Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), konsumsi buah dan sayur adalah 75 kilogram per kapita per tahun. Adapun standar kecukupan sehat sebesar 91,25 per kapita per tahun. 

Selain menjadi sumber utama vitamin, mineral, dan serat, keduanya juga rendah lemak, minim garam, mengandung enzim, dan hanya memiliki sedikit gula. Itu sebabnya sayur dan buah dalam jumlah banyak turut membantu upaya penurunan berat badan, dan mencegah obesitas, menurunkan kolesterol, memelihara stabilitas tekanan darah, dan melindungi tubuh dari ancaman berbagai penyakit serius.

Sayur dan buah mengandung fitokemikal, yakni komponen biologi aktif yang membantu tubuh melindungi diri dari berbagai jenis penyakit. Dari hasil penelitian, jika rutin mengonsumsi buah-buahan dan sayur-mayur secara rutin, risiko terkena  aneka penyakit degeneratif, seperti diabetes tipe 2, stroke, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi akan menurun.

Daya tahan tubuh pun terkait erat dengan kecukupan asupan sayur dan buah. Sama halnya dengan kesehatan kulit dan rambut.

Pemilih

Sayang, anak-anak muda Indonesia kurang suka makan buah-buahan dan sayur. Mereka enggan mengonsumsi sayur karena sebagian rasanya pahit di lidah. Kalaupun terpaksa makan sayur, hanya beberapa jenis sayur yang mereka pilih, misalnya wortel, kangkung dan bayam. Bahkan, untuk buah pun mereka sangat pemilih dengan berbagai alasan. 

Umumnya mereka tahu betapa penting mengonsumsi buah dan sayur secara rutin. Orangtua mereka juga tak pernah segan menyuruh mereka memakan sayur dan buah setiap hari. Namun, mereka tetap mementingkan rasa.

"Saya tidak terlalu suka sayur, hanya beberapa yang saya mau misalnya wortel, labu, terung, kol, kangkung, dan bayam. Saya tidak mau masakan sayur berkuah, hanya direbus atau ditumis," kata Lusiana Apriani, siswa kelas XII IPS SMA Negeri 25 Petojo, Jakarta Pusat.

Namun, dia suka makan pecel, gado-gado dan urap karena ibunya sering memasak sayuran seperti itu. Untuk buah, Lusiana tidak bisa menikmati semangka karena selalu berakhir dengan panas dalam.

Analia Fauziah Lestari, pelajar kelas XII IPS SMAN 9, Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Dia termasuk suka hampir segala macam buah dan sayur. Hanya sayuran pahit, seperti pare, yang dia tolak.

"Di rumah, ibu saya buka warung makan sehingga selalu ada berbagai masakan sayuran. Saya pun terbiasa makan sayur. Sementara buah hampir semua saya suka, tetapi sayang di rumah buah tidak selalu tersedia," kata Adi.

Praktisi kehumasan Liza Marsin bercerita, kakaknya sejak kecil anti sayur dan buah. Kebiasaan itu berlanjut hingga dia dewasa dan berumah tangga. Ketika usianya menginjak 44 tahun, mata kanannya mengalami ablasio retina alias retina terlepas. 

Menurut dokter mata, hal itu terjadi karena kekurangan nutrisi dari sayur dan buah. Kini, demi menyelamatkan mata kirinya, dia selalu mengonsumsi buah dan sayur dalam berbagai olahan setiap hari. Anak-anaknya pun wajib makan sayur dan buah agar tidak menyesal di kemudian hari," kata Liza.

Kebiasaan Orangtua

Dosen Ilmu Gizi Universitas MH Thamrin Jakarta, Parlin Dwiyana, menegaskan kebiasaan anak mengonsumsi makanan mendapat pengaruh besar dari orangtuanya. Jika orangtua enggan menyantap sayur dan buah, anak pun kemungkinan besar bersikap sama.

"Tergantung ketersediaan di rumah. Jika sayur dan buah jarang ada di meja makan, anakpun  enggan menyantap sayur dan buah. Begitu pula sebaliknya. Ketersediaan ini juga tergantung kemampuan orangtua bersangkutan," ujar Parlin yang antara lain mengajar mata kuliah Gizi Daur Kehidupan ini.

Dia menambahkan, jika kita makan tiga kali sehari dan selalu memasukkan seporsi sayur dan buah dalam setiap menu, hal itu tetap belum cukup. "Idealnya sehari adalah lima porsi agar mencukupi jumlah 25 gram sampai 30 gram,"ujar Parlin. (TIA)      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Brokoli Mampu Cegah Stroke

Rokok Elektrik Berdampak Buruk, Aturan Belum Jelas