Stroke Bisa di Otak, Bisa Juga di Kaki
STROKE adalah sebuah istilah yang sangat akrab di telinga. Namun sering kali orang tidak pernah mengantisipasi dengan perilaku yang antistroke sampai ia menyadari telah terkena stroke!
Dokter Christhoper Chen, konsultan dan ahli saraf National Neuroscience Institute, Singapore General Hospital, menjelaskan, apabila di era 50-an masyarakat dilanda penyakit tuberkulosis, pada era 90-an hingga sekarang yang berkembang adalah penyakit yang menyerang pembuluh darah arteri, stroke.
Stroke merupakan kasus aterotrombosis yang menyerang otak (brain attack). Ada dua tipe stroke, yakni stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik kira-kira 85% dari seluruh stroke, dan sisanya stroke hemoragik. Pada stroke iskemik terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak. "Sedangkan stroke hemoragik ditandai dengan pecahnya pembuluh darah yang mengalir ke otak dan merusak jaringan di sekitar otak."
Acap kali, serangan stroke ini sifatnya sementara atau dikenal dengan transient ischemic attack (TIA) atau ministroke. TIA adalah kerusakan fungsi otak hasil dari suplai darah di dalam otak yang cukup pendek atau singkat. "Memang tak begitu masalah, tetapi bisa menjadi faktor risiko kuat menuju stroke sungguhan."
Ingat, otak merupakan organ yang cukup kompleks, karena dialah yang mengontrol seluruh fungsi tubuh. Apabila terjadi stroke, kata dr Chen, maka akibat yang terlihat adalah tidak berfungsinya kendali motorik tubuh - tubuh yang dikontrol oleh otak yang terserang stroke. "Karena saraf-saraf otak mengontrol tubuh secara menyilang, maka bila stroke menyerang otak kanan, bagian tubuh kiri yang tidak berfungsi. Begitu juga sebaliknya."
Beberapa akibat lain dari serangan stroke adalah kehilangan memori, kesulitan berbicara atau mengucapkan bahasa, problem penglihatan, dan lumpuh.
Orang-orang yang memiliki hipertensi, diabetes, dan perokok sangat potensial terkena stroke. "Hampir 60% sampai 75% penderita hipertensi terkena stroke. Sedangkan penderita diabetes satu setengah sampai tiga kali berpotensi terkena stroke. Mereka yang perokok berat sekitar 20 batang rokok atau lebih per hari, akan meningkatkan potensi stroke sekitar 4,1 kali dibandingkan mereka yang tidak merokok, Sedangkan perokok sedang di bawah 10 batang rokok sehari memiliki potensi stroke sekitar 2,3 kali daripada yang tidak merokok," jelas dr Chen.
Potensi lain penyebab stroke adalah penyakit jantung, kolesterol tinggi dan obesitas. Sebetulnya, kata dr Chen, terjadinya TIA atau mini stroke merupakan pertanda akan menuju ke stroke yang lebih serius. "Bila tiba-tiba Anda mengalami kesulitan berbicara, kesulitan melihat, berjalan, lemah di sebagian tubuh seperti wajah, tangan atau kaki sebelah. Atau tiba-tiba mengalami serangan sakit kepala tanpa diketahui sebabnya. Itu hampir pasti Anda terkena stroke."
Pengobatan stroke, kata dr Chen, sifatnya harus segera, karena kelumpuhan yang terjadi bisa menjadi lebih parah. Hingga kini, stroke didominasi kaum pria sekitar 30-80% dibandingkan wanita. Stroke iskemik paling banyak diderita masyarakat Asia dibandingkan Eropa dan AS.
Serangan ke kaki
Peripheral arterial disease (PAD) atau penyakit periferal arteri sangat jarang diketahui orang, karena penyakit ini menyerang pembuluh darah pada kaki.
Menurut Prof Sompongse Suwanwalaikorn MD dari Unit Endokrinologi dan Metabolisme Universitas Chulalongkorn Bangkok, Thailand, sering kali nyeri pada kaki dianggap hal yang biasa. Terlebih bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti kegemukan, merokok, hipertensi, kolesterol tinggi, dan sebagainya. "Seperti halnya stroke dan sakit jantung, pembuluh darah arteri pada kaki mengalami penyumbatan."
Ciri orang yang terserang PAD adalah munculnya rasa nyeri pada betis dan lutut ketika orang tersebut berjalan. Rasa nyeri ini luar biasa sehingga orang tersebut tidak bisa berjalan. Ada kalanya rasa sakit menghilang seiring dengan kegiatan kaki dikurangi atau berhenti berjalan.
Namun, ada pula PAD yang sudah kronis dengan ditandai adanya kelainan pada jari-jari kaki. Munculnya pembengkakan pada jari berwarna kebiruan atau seperti bisul. Pada umumnya, pasien tidak tahu apa penyakit yang diderita. Acap mereka menganggap itu kelelahan atau luka tidak sembuh bila ada pembengkakan.
Namun, dokter akan melakukan diagnosis dengan berbagai pemeriksaan. "Biasanya akan dilakukan pemeriksaan ankle brachial index (ABI-indeks pembuluh darah di pergelangan kaki), ultrasound, Magnetic Resonance Imaging (MRI), X-ray, angiography, dan tes treadmill."
Bila dari hasil tes pasien dinyatakan positif PAD, ada dua tindakan penyembuhan. "Penyembuhannya bisa tanpa obat dan memakai obat. Penyembuhan tanpa obat, pasien harus mengubah gaya hidup seperti berhenti merokok, melakukan program pengurangan berat badan, menurunkan kolesterol, dan sebagainya," kata Prof Sompongse.
Sedangkan penyembuhan dengan obat, dokter akan memberikan obat antitrombosit, angioplasti (terapi kateter dengan balon) dan bedah, atau terpaksa kaki pasien diamputasi. (Nda/V-1)
ROKOK: Selain akrab dengan 'junk food', generasi muda kini juga merokok, salah satu perilaku yang menyebabkan masalah jantung.
Komentar
Posting Komentar