Mengenal Aneurisma
Aneurisma bisa terjadi karena faktor genetik atau gaya hidup yang kurang baik seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi narkoba, khususnya kokain, dan mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar.
Banyak orang yang masih menganggap sepele sakit kepala sebab, lazimnya akan sembuh dengan sendirinya hanya dengan mengonsumsi obat warung. Padahal, tidak semua kasus seperti itu. Bila datang secara tiba-tiba dengan rasa yang sangat sakit, Ada kemungkinan terserang aneurisma.
Demikian yang dikatakan dr. Mardjono Tjahjadi, MD, spesialis bedah saraf saat acara Simposium Ilmiah Akreditasi IDI mengenai Aneurisma & Arteriovenous Malformations Otak di Auditorium RS Mitra Kemayoran beberapa waktu lalu.
Aneurisma (aneurysm) merupakan kondisi pelebaran pembuluh darah yang sering terjadi pada arteri. Jika tidak ditangani, ukuran kantung akan semakin membesar dan rentan pecah. Bila pecah akan menimbulkan perdarahan dan efeknya, kata dr. Mardjono, bisa menyebabkan kematian.
"Dalam kasus aneurisma otak kecil, gejala mungkin tidak selalu terlihat dan kondisi ini umumnya terdeteksi selama tes dan pemeriksaan yang dilakukan untuk kondisi lain. Terkadang, sejumlah kecil darah dapat bocor dari aneurisma dan menyebabkan sakit kepala hebat yang datang tiba-tiba," katanya. Pada kasus yang lebih parah, biasanya disertai kejang hingga penurunan kesadaran. Atau nyeri kepala yang disertai mual dan muntah, leher kaku, penglihatan kabur, sensitif terhadap cahaya, kelopak mata tidak bisa dibuka, kelumpuhan sebelah anggota gerak yang menyerupai gejala stroke, dan nyeri pada wajah," jelasnya.
Aneurisma bisa terjadi karena faktor genetik atau gaya hidup yang kurang baik seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi narkoba, khususnya kokain, dan mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Aneurisma juga terjadi karena faktor hormonal, sehingga wajar lebih banyak terjadi pada perempuan yang berusia di atas 40 tahun. "Faktor gaya hidup yang tidak baik itu berkesinambungan membuat kerusakan dan menjadi aneurisma," jelasnya.
Menurut dr. Mardjono, penanganan aneurisma dapat dilakukan melalui dua cara, antara lain melalui teknik clipping aneurysm dan coiling. Clipping aneurysm sendiri adalah tindakan pembedahan untuk memasang clip pada leher aneurisma. Sementara itu, tindak coiling adalah teknik radiologi intervensi dengan memasukkan coil untuk menyumbat aneurisma. "Ada suatu konsensus umum kapan kita memlih clipping dan kapan memilih coiling. Jadi, yang jelas kalau kondisi pasien sudah sangat tua dan sangat lemah, tentu coiling akan menjadi pilihan dan referensi, kemudian juga untuk gambaran aneurisma tertentu, lokasi-lokasi yang sulit dicapai dengan surgery, dengan bedah saraf umum, mungkin coiling akan lebih aman," pungkasnya.
Wahyu Arif Hidayat
Komentar
Posting Komentar